Rabu, 30 Maret 2011

Musibah ( thanks 4 Pak Quraisy)


Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Dalam Alquran ada 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah dan 10 kali kata musibah. Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS. al-Baqarah: 216)
Alquran mengisyaratkan bahwa tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri, tetapi disisi lain, ketika Alquran berbicara tentang bala, dikatakannya musibah itu datang dari Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah ketika kita berbicara tentang bala (yang diartikan juga bencana). Sebenarnya bala pada mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti “menampakkan”. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya.
Itu sebabnya Allah Swt. menyatakan: “Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2). Kita lihat ujian/bala datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan bersabar.” (QS. Muhammad: 31) Allah menurunkan bala tanpa campur tangan manusia. “Kami pasti menurunkan sedikit rasa takut, sedikit rasa lapar… Berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 255)
Hidup ini ujian. Ujian ini bisa berupa sesuatu yang disenangi, bisa juga berbentuk sesuatu yang tidak disenangi. Siapa yang mengira bahwa kekayaan dan kesehatan adalah tanda cinta Tuhan maka dia telah keliru. Siapa yang menduga bahwa suatu hal yang terasa negatif adalah tanda benci Tuhan, itupun dia telah keliru. Allah mengecam kepada orang-orang yang apabila diberi nikmat oleh Tuhan, lantas berkata, “Saya disenangi Tuhan,” dan kalau Tuhan menguji dia sehingga mempersempit hidupnya, dia lantas berkata, “Tuhan membenci saya, Tuhan menghina saya.”
Jangan duga, saudara-saudara kita yang meninggal dan ditimpa musibah itu dibenci Tuhan. Jangan duga yang menderita itu dimurkai Tuhan. Jangan duga yang berfoya-berfoya disenangi Tuhan. Kallâ! Tidak! Di sini Allah menggunakan kata bala yang artinya menguji, karena itu jangan cepat-cepat berkata bahwa bencana itu murka Tuhan.
Dulu zaman Nabi, banyak sahabat gugur di medan perang, terluka sekian banyak sahabat Nabi, bahkan Nabi pun terluka. Allah Swt. pasti tidak benci pada Nabi, sehingga beliau terluka. Allah pasti merestui sahabat yang gugur itu, walaupun mereka menderita. Ketika itu turun ayat: “Jangan merasa rendah hati, jangan merasa terhina, jangan larut dalam kesedihan. Kamu adalah orang-orang yang mendapat kedudukan yang tinggi selama kamu beriman.” Di surah Âli ‘Imrân, Allah berfirman, tujuan Allah turunkan cobaan ini adalah supaya Allah mengangkat dari kalangan kamu sebagai syuhada.
Kita bisa berkata bahwa yang gugur mendapatkan bencana ini, disiapkan oleh Tuhan tempat yang tinggi, karena mereka adalah orang-orang mukmin. Dan tujuan Allah turunkan bencana ini adalah supaya Allah mengetahui siapa orang yang benar-benar beriman dan yang tidak. Karena itu jangan menggerutu, karena Allah memberikan tempat yang sebaik-baiknya. Allah Swt. berfirman bahwa Dia juga akan membersihkan hati kamu dan menghapus dosa-dosa kamu. Agama mengingatkan kita semua bahwa Tuhan punya tujuan.
Dalam hidup ini, Allah menciptakan manusia untuk tujuan tertentu. Dalam sebuah hadis, Allah menciptakan makhluk yang ditugaskannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya yang lain. Ada orang kaya yang diberi kekayaan, yang sebenarnya dipilih Allah agar orang itu memberi bantuan kepada orang yang butuh. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dipilih Allah itu. Ada lagi orang yang diciptakan Allah untuk menjadi “alat” Tuhan untuk mengingatkan orang lain. Para syuhada ini adalah alat-alat yang dipilih Allah. Itu sebabnya kita baca di dalam Alquran ada istilah ‘ibâdullâh mukhlashîn atau hamba-hamba Allah yang dipilih.
Sekarang ini banyak orang yang lengah dan lupa kepada Allah. Memang rutinitas sering menjadikan kita lupa kepada Allah. Karena itu kita perlu diingatkan. Ada orang-orang yang tidak menyadari adanya Allah karena melihat segala sesuatu berjalan harmonis. Tuhan ingin mengingatkan orang-orang tersebut, bahwa jangan duga Allah telah lepas tangan. Diingatkannya manusia melalui bencana. Kalau dulu sekian banyak orang yang lupa Allah, sekarang Dia mengingatkan kita melalui rahmat-Nya.
Itu sebabnya di dalam Alquran, disebutkan: “Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak mengambil pengajaran?” (QS. at-Taubah: 126). Jadi sekali lagi, saya tidak melihat ini sebagai murka Allah. Ini rahmat-Nya kepada kita yang hidup, supaya kita ingat kepada Allah, supaya lebih dalam lagi solidaritas kita, supaya kita lebih dekat lagi kita kepada Allah, supaya lebih terasa lagi kehadiran Allah. Dan yang gugur, yang luka, yang menderita itu dijadikan oleh Allah sebagai alat-alat-Nya untuk mengingatkan kita, itulah mereka yang dinamai dengan ‘ibâdullâh mukhlashîn atau hamba-hamba Allah yang terpilih.
Dia pilih orang-orang yang gugur, Dia pilih anak-anak, Dia pilih orang-orang tua, untuk Dia jadikan syuhada; Dia jadikan saksi-saksi, Dia jadikan alat-alat-Nya. Untuk siapa? Untuk kita yang hidup. Allah tidak menyia-nyiakan mereka. Di dalam hadis, Allah katakan, “Seandainya bukan karena anak-anak yang masih menyusu, seandainya bukan karena orang tua yang sedang bungkuk, seandainya bukan karena binatang-binatang, niscaya Allah akan menjatuhkan siksa kepada kamu, siksaan yang luar biasa.” Tapi mengapa yang diambil oleh-Nya disana anak-anak, orang tua, binatang? Itu yang menjadikan kita bersangka baik kepada Allah dan menyatakan bahwa ini bukan murka, ini hanya peringatan. Kita terima itu. Peringatan untuk kita yang hidup. Kita tidak perlu larut dalam kesedihan, tetapi kita perlu mengambil pelajaran.
Salah satu pelajaran adalah kita lihat di televisi, kita lihat badan-badan mereka, rupanya begitulah juga badan kita. Jangan terlalu memberi perhatian kepada badan dengan melupakan ruh. Itu pelajaran yang dapat kita angkat. Jangan menilai orang dari penampilannya. Lihatlah itu semua, dan ingat dalam Alquran; Allah berulang-ulang, “Apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan peringatan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?” (QS. al-A’râf: 98). Ini yang kita lihat. Sebenarnya tujuannya adalah untuk kita. Allah merahmati kita dengan memberi peringatan.
Ketika Sayidina Ali bin Abi Thalib ditikam, beliau berteriak: “Demi Tuhan Kakbah, saya telah memperoleh keberuntungan.” Beruntung karena mati. Allah mengangkat derajat beliau. Allah mendudukkan pada kedudukan yang demikian tinggi karena mati syahid. Nah, kalau kita membaca ayat di surah Âli ‘Imrân: … supaya Dia mengangkat diantara kamu syuhadâ (orang-orang yang menjadi saksi) dan untuk membersihkan hati kamu dari segala macam dosa. Untuk orang-orang yang meninggal, kita antar dengan rasa sedih tetapi dalam saat yang sama beruntunglah mereka. Dan yang tinggal, kita harapkan mendapatkan pelajaran dari ujian ini, dari bencana ini. Mudah-mudahan kita dapat menyusul mereka dalam kematian yang diridai Allah.
Itu sebabnya ada doa yang diajarkan Nabi :
“Ya Allah, kami bermohon kepadamu, hidup yang sebaik-baiknya, dan kematian yang sebaik-baiknya, serta segala yang baik yang berada diantara hidup dan mati. Ya Allah, hidupkanlah kami dalam kehidupan orang-orang yang Engkau senangi agar dia tetap hidup, dan wafatkanlah dalam wafat orang-orang yang Engkau sukai untuk bertemu dengannya.”

FA AINA TADZHABUN

kumandang, mengajak pulang,
merindui cahaya yang terang
namun jalan begitu sulit,dan kaki berlumur legam..
kecemasan membukit,membentuk ngilu..
malam menjadi perjalanan panjang

pulang
harusnya pulang, ke alunan ayatMu pembebas jiwa yang meradang..
seperti gambar tak berbentuk,
hanya aroma jahannam
dan kebekuan

ada banyak pintu dan cahaya terang
namun kelumpuhan telah menyerang rasa
jerit yang menyiksa, melolong ditengah hiruk pikuk jiwa
keyakinan terkoyak'
merutuk ..dan merutuki langkah yang kian terpenjara.

gado-gado





Minggu, 20 Maret 2011

Just For You - Richard Cocciante

FLOAT>>>>>>>>>>>

sahaja

Aku memilihmu…
Dengan hati yang tak memilih waktu
Sepenuh cinta tanpa masa
selaksa keajaiban yang purna..

IBLIS DAN SYETAN

Mari kita kenali iblis dan syetan (Agar tidak mudah terjerat)
Submitted by dede on Thu, 01/05/2008 - 12:51. oleh : D2MQ


Uraian dibawah merupakan beberapa sari dari beberapa buku yang ada, dan semoga bermanfaat. Kebenaran hanya datang dari Allah dan kekurangan dan kesalahan adalah karena kebodohan penulis sendiri. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah, Untuk waspada bahwa dalam suatu perilaku kebaikan masih bisa terdapat jeratan syetan lebih-lebih yang nyata-nyata merupakan suatu kemungkaran.

Dalam perjalanan kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sudah menjadi ketetapan Allah bahwa Iblis dan keturunannya syetan bertekad akan dan selalu menjerumuskan manusia agar pencapaian kebahagiaan manusia yang hakiki tersebut gagal total.

Ketika seorang hamba baik yang sedang berada dalam kesesatan atau kemungkaran, maupun yang sedang dalam proses perbaikan diri (baca: tobat), Iblis dan syetan tidak akan pernah berputus asa untuk menjerumuskan hamba Allah agar jadi pengikutnya. Jika gagal dengan cara satu, dia akan gunakan cara dua, jika gagal dia akan gunakan cara tiga dsts....dst......

Penjerumusan seorang hamba oleh syetan dalam bisa dalam berbagai bentuk cara terselubungnya, baik sesuatu yang ”bertampak” baik maupun ”bertampak” buruk suatu perilaku manusia. Maksudnya adalah, kalau berupa keburukan sudah jelas perilaku syetan terdapat di dalamnya, misal pembangkangan perintah Allah, pembunuhan, zhalim, merugikan orang lain, fitnah, musyrik, mabuk dan lain-lain. Tetapi bisa juga perangkap terdapat pada suatu perlikaku yang bermula dari sesuatu perilaku baik. Misal, seorang ahli ibadah yang saking rajinnya, sehingga teman-teman atau atasannya memujinya yang membuat dia terjerat kepada sifat ujub apalagi takabur (walau tidak terasa), maka syetan telah berhasil menjeratnya. Atau misal, ketika manusia sedang shalat, padahal manusia itu mampu melaksanakannya dengan diawali wudlu yang sempurna, pelaksanaannya tepat waktu, tetapi pada saat melaksanakan shalatnya, dia dibuat tergesa-gesa sehingga seperti istilah dari Nabi ”....bagaikan ayam yang sedang mematuk makanan”, maka yang demikian itu berarti, cambuk atau rantai yang memang ”selalu” diikatkan oleh syetan pada leher manusia yang sedang shalat berhasil menarik-narik cambuk tersebut ke atas dan kebawah yang membuat shalatnya terkesan seperti ”ayam mematuk makanannya”, sehingga mengakibatkan gerakan tidak tu’maninah, menyia-nyiakan shalat (baca: menghadap Allah).
Jadi apapun bentuknya syetan akan selalu mendampingi manusia untuk menjeratnya. Oleh karena itu, mari kita simak beberapa hal yang bisa kita cermati agar kita mengetahui setiap atau beberapa perilaku kita yang didalamnya terdapt jeratan syetan.


Mencemati perilaku iblis dan syetan.

1.Jin merupakan makhluk Allah yang diciptakan dari api dan bersifat ”ruhaniah” dan dilengkapi akal dan diperintahkan untuk mengabdi kepada Allah seperti halnya manusia. Beberapa tampilan jin dihadapan manusia menjadi 3(tiga) kelompok:
a. Menyerupai anjing, kucing, ular, kalajengking dan berbagai serangga tanah
b. Menyerupai angin yang berhembus kencang dan berdesis
c. Menyerupai manusia, yaitu Jin yang memeluk Agama Allah. Ketentuan pahala dan dosa berlaku baginya
2.Syetan merupakan anak keturunan Iblis dan juga jin yang ingkar (kafir).
3.Iblis merupakan nenek moyang syetan yang pada awalnya setingkat dengan malaikat
Pengelompokan Iblis dan syetan
Al-Quraisy berkata, ”iblis memiliki 5 (keturunan) yang selanjutnya menjadi kelompok pasukan-pasukannya berupa syetan” lebih lengkapnya sebagai berikut:
1. Tsabr, yaitu syetan yang bertugas untuk menyesatkan manusia yang sedang ditimpa musibah, seperti kematian, kecelakaan, dan kebakaran. Mereka menangis meraung-raung sambil merobek-robek atau mencabik-cabik pakaian, menampar-nampar pipinya dan mereiakkan kata-kata yang bernada menyalahkan Allah SWT dan tidak menerima musibah tersebut dengan wajar
2. A’War, yaitu syetan yang bertugas menyesatkan manusia melalui nafsu syahwatnya. Syahwat dalam pengertian global: syahwat terhadap harta, keluarga, lawan jenis yang bukan muhrim, kedudukan, dll yang sifatnya datang dari suatu hasrat tak terkendalikan.
3. Mabsuth, yaitu syetan yang bertugas menyesatkan manusia melalui perbuatan bohong dan menipu.
4. Dasim, yaitu syetan yang bertugas menyesatkan manusia dalam perceraian suami-istri, bermusuhan dengan saudara, rekan-rekan kerja yang pada intinya sampai memutuskan tali silaturahmi. Termasuk didalamnya tidak mudah mema’afkan kesalahan orang lain, dan tidak bertekad meminta ma’af pada saat memiliki kesalahan kepada orang lain yang mengakibatkan hubungan silaturahmi terputus.
5. Zalanbur, yaitu syetan yang bertuga menyesatkan manusia yang berada di pasar-pasar, mall-mall, dan dalam dunia perdagangan. Sehingga dalam kehidupan di pasar, mall-mall terjadi seperti lupa waktu beribadah, dan juga dalam bidang perdagangan terjadi kezhaliman, seperti kecurangan dalam timbangan, berjualan dengan berbohong, tidak memperhatikan halal-haram dalam bentuk barang dagangan, baik barangnya maupun tatacaranya.
Syetan sebagai musuh manusia sesungguhnya sangat ”canggih” dalam membolak-balikan hati manusia bak membelokkan mobil dengan kemudinya. Prasarana utama dalam pembelokkan hati manusia oleh syetan adalam hawa nafsu manusia. (hawa nafsu pengertian global-segala hal mengenai hasrat untuk mencapai sesuatu yang tidak terkendalikan) Sehingga kita harus waspada setiap waktu sepanjang perjalanan hidup ini.


Al-Quraisyi berkata kepada Ahmad bin Hanbal, ”Setiap pagi, iblis mengumpukan tentaranya di muka bumi”.
Lalu Iblis berkata kepada mereka, ”Siapa yang berhasil menyesatkan hati umat Islam maka aku akan memberinya mahkota di atas kepalanya,”
Lalu ada syetan berkata dengan sambutan tegas, ”Aku akan terus menggoda umat islam hingga mereka menceraikan istrinya.”

”Itu tidak cukup karena mereka akan menikah/rujuklagi”, kata iblis

”aku akan menghasut umat islam sehingga mereka mendurhakai orang tuanya, ”kata syetan lagi.



Itu tidak cukup karena mereka akan meminta ma’af dan menaati orang tuanya lagi”,jawab iblis.

”Aku akan menggoda umat islam terus menerus sehingga mereka akan melakukan berzina,” kata syetan yang lain.

”Ide yang bagus”, kata iblis

”Aku akan menyesatkan umat islam melalui nafsu perutnya agar gemar meminum minuman keras,” kata syetan lainnya.

”kamu juga bagus, karena gemar pada minuman keras, manusia akan lalai dan lebih cenderung kepada permusuhan dan kejahatan-kejahatan syahwatnya”, kata iblis

”aku akan menghasut umat islam hingga mereka akan saling membunuh,”kata syetan lain.

”syabas!Syabas!, itu yang betul, ” demikian kata iblis.

”Tidak satupun perintah Allah kepada hamba-Nya, kecuali iblis dan syetan menghalanginya dengan dua tipu dayanya, Yakni menyesatkan manusia yang patuh kepada perintah Allah agar melampaui batas, antara lain dengan menambah0nambah ibadah yang tidak pernah dicontohkan, dan yang kedua bagi hamba Allah yang kurang mematuhinya dan disesatkan dengan sikap masa bodoh dan lalai”

Kalo dilihat dari ”Rapat pagi” sang iblis dengan syetannya yang dilaksanakan setiap pagi, pantas saja kalau kita melihat berita-berita kriminal baik di televisi, media massa dll hampir selalu ada 3 hal tersebut di atas, yaitu (1) berzina/perkosaan (2) Mabuk dan narkoba (3) pembunuhan baik pembunuhan saudara maupun dari hal sepele. Jadi ini dia rupanya, ternyata memang merupakan hasil dari misi sang pasukan syetan dan iblis tiap hari.
”sesungguhnya syetan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syetan hanya mengajak golongannya agar menjadi penghuni neraka (QS Fathir: 6)
”...dan janganlah kamu sampai terpedaya oleh penipu dalam menaat Allah” (QS. Luqman 33)

”Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah syetan? Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu (QS. Yassin 60)

Masih banyak hal yang kita harus pelajari mengenai pencermatan kita terhadap syetan. Diantaranya terdapat sekitar 13 muslihat syetan yang harus kita waspadai, Insya Allah jika ada kesempatan kita share untuk penulis dan kita semua wahai saudaraku.

Sebelum atau pada saat kita berada dalam usaha ke arah perbaikan diri (baca: tobat), pada saat kita mengingat Allah, kita juga diharusnya mengingat syetan dalam arti berusaha untuk selalu mewaspadai jangan sampai kebaikan yang kita lakukan terdapat didalamnya jeratan syetan yang paling kecil/halus sekalipun dengan suatu keyakinan bahwa”Kenyataan Iblis dan syetan akan selalu ada dan SUDAH DIPASTIKAN akan membelokan hati manusia ke arah kemurkaan dan kesesatan walau kita sedang berada dalam kebaikan"

Diantara yang bisa kita lakukan untuk berusaha berlindung kepada Allah agar menghindari dari bisikan dan pendekatan syetan dalam diri kita, ada beberapa yang bisa kita fikirkan dan lakukan, diantaranya:
1. Isti ’adzah; sering-seringlah membaca Ta’awudz. Allah lah yang HANYA menguasai iblis dan syetan, artinya jika kita berlindung, maka mohon perlindunganlah kepada yang menguasainya, yaitu Allah SWT. Tidak ada yang lain. Dalam setiap mulai suatu aktifitas, termasuk shalat, baca al-quran dll.
2. Al-mu’awwidzatain; membaca surat Al-Falaq dan surat An-Nas pada waktu waktu tertentu, misal sebelum shalat, selesai shalat, sebelum berangkat ke pekerjaan, sebelum tidur, selesai tidur, dalam perjalanan, ketika timbul rasa marah, ras kesal, rasa benci, di kantor, di pasar dll. Yang terutama pada saat-saat kita merasa ada “bisikan” jelek dalam hati.
3. Membaca Ayat Kursi
4. Membaca surah albaqarah. Terutama surat 285-286. Dalam suatu hadist dari Suhail dari ayahnya Abu Harairah, Rasullah bersabda ”janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seprti kuburan. Sesungguhnya rumah yang dibacakan surat albaqarah itu tidak akan dimasuki syetan”
5. Sering-seringlah berdzikir, terutama kalimat Tahlil (Laa ilaha illallah) sesering mungkin.
6. Dalam dzikir sertakan do’a sbb:


7. Bertekadlah untuk MENUTUP pintu syetan dalam diri kita dengan cara menyatakan PERANG terhadap mereka. Kekuatan yang laing utama dalam rangka menutup pintu syetan adalah dengan BENTENG ILMU.

At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadist dari Ibn ’Abbas bahwa Rasulallah saw bersabda, ”seorang faqih (orang berilmu) akan lebih berat dihadapi syetan daripada seribu orang ahli ibadah” Ibn Abbas berkata, ”beberapa syetan berkata kepada iblis, ”Paduka, kami merasa lebih senang dengan kematian seorang berilmu dibandingkan dengan kematian seorang ahli ibadah. Orang berilmu sangat sulit kami tundukkan, sedangkan ahli ibadah dapat kami tundukan dengan mudah....”
Sebagaimana kisah dari Syaikh Abdul Qadir Jailani yang menuturkan, ”pada suatu hari sedang melakukan perjalanan (safar), aku merasa sangat kepanasan. Waktu aku hampir mati kehausan, waktu itu ada awan hitam menaungiku dan meniupkan angin sejuk hingga air liur dalam diriku mengalir lagi. Tiba-tiba dari awan itu terdengar suara memanggilku, ”Wahai abdul qadir, aku adalah tuhanmu!”, Lalu aku bertanya kepadanya, ”Engkau kah Allah yang tidak ada tuhan selain-Nya?” Untuk kedua kalinya, suara itu menjawab ”Wahai abdul qadir, aku adalah tuhanmu. Aku telah menghalalkan apa yang haram bagimu!”
Aku berkata kepadanya, ”Sebenarnya engkau adalah syetan!. Ketika itu, awan pun tercerai berai. Dan dari arah belakang aku mendengar suara, ”Wahai abdul qadir, engkau telah selamat dati tipu daya dan muslihatku karena engkau benar-benar memahami agamu. Padahal, sebelumnya, aku telah berhasil memperdaya tujuk puluh (70) orang dengan tipu daya dan muslihat yang serupa.” Seorang bertanya kepada Abdul Qadir, ”bagaimana engkau bisa mengetahui bahwa itu adalah syetan?” Abdul Qadir menjawab,”Dari ucapannya, ”aku telah menghalalkan apa yang haram untukmu,sebab sepeninggal Rasulallah saw, tidak ada lagi yang berhak menghalalkan dan mengharamkan.”
Syaik Abdul Qadir jailani berhasil dari tipu dan dan muslihat itu, karena dia memang orang yang berilmu dan memahami islam dengan ilmu yang benar. Bisa dibayangkan kalau kejadian itu kepada orang biasa seperti kita, mungkinkah kita melakukan hal yang serupa dengan Abdul Qadir?, atau malah kita meyakini bahwa yang bersuara itu adalah Allah?.

Ringkasan ini dibuat untuk berbagi kebaikan, Kebenaran hanya datang dari Allah semata. Untuk sementara, demikian uraian singkat dari penulis.
Semoga bermafaat,

Allahu A'lam

IMAM NAWAWI

Imam Nawawi (631 – 676 H / 1233 – 1277 M)
Posted by redaksi On 23 June 2007 No Commented

Namanya ialah Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfu al Nawawi. Dilahirkan di Nawa sebuah wilayah di Damsyik Syam pada bulan Muharram tahun 631 Hijrah. Kebolehan menghafaz Al-Quran sejak kecil lagi. Pada tahun 649 Hijrah, ketika berusia lingkungan sembilan belas tahun telah pergi ke kota Damsyik untuk belajar. Mendalami ilmu di madrasah al-Ruwahiyyah atas tanggungan madrasah itu sendiri.

Karangannya adalah banyak, di antara kitabnya yang begitu popular dalam pengajian ilmu ialah Matan al-Arbain (hadis 40), Riyadhus Salihin, Syarah Sahih Muslim dan al-Adhkar. Di Indonesia nama beliau terkenal dengan kitabnya “Minhajut Thalibin”, sebuah kitab fiqih dalam madzhab Syafi’i yang banyak dipelajari di sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren di tanah air.


Kehidupannya dihabiskan kepada bakti dan khidmat suci terhadap penyebaran dam perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Makan minumnya hanya sekali dalam sehari, sekadar memelihara kesihatan badannya. Juga tidak sangat menghiraukan akan soal pemakaian dan perhiasan, cukuplah apa yang memadai sahaja. Tidak juga gemar akan makan buah-buahan kerana khuatir akan mengantuk yang akan mengganggu tugas sehariannya.

Seorang yang begitu bertakwa menurut erti kata sepenuhnya, wara’nya dan kebersihan jiwanya. Seorang ulama’ yang amatlah suka ditemui. Ada juga riwayat yang mengatakan bahawa keengganan beliau untuk makan buah-buahan di Damsyik itu bukan hanya khuatir akan mengantuk tetapi kerana buah-buahan di Damsyik dikala itu terlalu banyak mengandungi syubhat.

Sepanjang hayatnya sentiasa istiqamah dalam menjalankan kewajipan menyebarkan ilmu dengan mengajar dan mengarang di samping senantiasa beribadah di tengah-tengah suasana hidup yang serba kekurangan, sehingga hidupnya dilingkungi oleh usaha dan amal saleh terhadap agama, masyarakat dan umat.

Beliau pernah diusir keluar dari negeri Syam oleh sultan al-Malik al-Zahir yang tidak senang akan fatwa yang dikeluarkan olehnya. Beliau bukanlah seorang ulama’ yang mencari kebenaran untuk dirinya sahaja, beliau hidup di dalam masyarakat. Beliau tidak menjual ilmu yang dimiliki dengan harta benda dunia. Beliau mencurahkan ilmu kepada masyarakat ummat. Beliau memimpin ummat bukan ummat yang memimpin beliau. Mengeluarkan fatwa tanpa memandang sesiapa, walaupun fatwanya itu meyusahkan kedudukannya. Inilah contoh ulama’ pewaris nabi (warithatul anbiya’).

Sepanjang hayatnya banyak menulis, mengarang, mengajar dan menasihat. Inilah yang telah mengangkat ketinggian peribadinya dan dikagumi. Imam Nawawi wafat pada 24 Rejab 676 Hijrah, dan dimakamkan di Nawa, setelah sekian lama beliau hidup dengan membujang tidak beristeri di tengah-tengah suasana masyarakat Damsyik dan telah berjaya menyumbangkan tenaga fikiran dan ‘ilmunya kepada agama Islam dan umatnya. Sekianlah, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmatnya ke atas beliau. Amin.

Kitab-kitabImam Nawawi yang terkenal
1. Syarah sahih muslim,
2. Riyadhus Salihin,
3. Al-Adzkaar,
4. Al-Tibyan fi adab hamalat al-Quran,
5. al-Irsyad wa al-Taqrib fi ‘Ulum al-Hadith,
6. al-Aidah fi Manasik al-Hajj,
7. Al Majmu’ Syarah Muhazzab,
8. al-Raudah,
9. Tahdhib al-Asma’ wa al-Lughat,
10. al-Minhajut Thalibin
11. Matan al-Arbain

FATWA IMAM NAWAWI YANG MENGGEMPARKAN

Menurut riwayat bahawa apabila baginda sultan al-Malik al-Zahir telah mengadakan persiapan perang untuk memerangi orang-orang Tatar (monggol) lalu digunakanlah fatwa ‘ulama yang mengharuskan mengambil harta rakyat untuk kepentingan perang melawan musuh. ‘Ulama fiqh negeri Syam telah menulis menerangkan fatwa tersebut, tetapi baginda belum merasa senang hati kalau imam Nawawi tidak memberi fatwanya. Lalu baginda bertitah “Masih adakah lagi orang lain”. “Masih ada, al-Syaikh Muhyiddin al-Nawawi” – demikian jawapan yang disampaikan kepada baginda.

Kemudian baginda menjemput Imam Nawawi dan meminta beliau memberi fatwanya bersama ‘ulama fiqh mengenai pengambilan harta rakyat untuk peperangan. Beliau berterus terang tidak mahu memberi fatwanya dan enggan. Baginda bertanya: “Apakah sebabnya beliau enggan?” Lalu beliau memberi penjelasan mengapa beliau terpaksa menerangkan sikapnya dan keenggannya memfatwakan sama seperti para ‘ulama. Beliau dalam penjelasan kepada baginda menerangkan seperti berikut! Ampun Tuanku! Adalah patik sememangnya mengetahui dengan sesungguhnya bahwasanya tuanku adalah dahulunya seorang tawanan tidak ada sebarang harta benda. Tetapi pertolongan Allah telah dilimpahkan kurnianya kepada tuanku dengan dijadikan tuanku seorang raja. Ampun Tuanku! Adalah patik telah mendengar bahawanya tuanku ada memiliki seribu orang hamab tiap-tiap seorang ada mempunyai beberapa ketul emas. Manakala dua ratus orang khadam wanita milik tunaku, masing-masing mempunyai perhiasan yang bernilai. Andaikata tuanku sendirian membelanjakan kesemua itu untuk keperluan pernag sehingga mereka tidak lagi mempunyai barang-barang itu, maka patik bersedia memberi fatwa untuk membenarkan tuanku mengambil harta rakyat.

Kesimpulannya, beliau berfatwa tidak membenarkan baginda mengambil harta rakyat selama kekayaannya sendiri masih dapat dipergunakan. Baginda al-Malik al-Zahir murka kepadanya kerana fatwanya yang amat menggemparkan sehingga baginda mengeluarkan perintah supaya beliau segera keluar dari Damsyik. Imam Nawawi terima saja perintah pengusirannya itu dengan nada yang tenang. Lalu beliau pun keluar ke Nawa. Para ‘ulama Syam telah berusaha menjemput beliau balik semula ke Damsyik, tetapi beliau enggan dengan berkata: “Saya tidak akan balik ke Damsyik selama baginda masih berkuasa”.
(Sumber rujukan asal, HADIS EMPAT PULUH, Cetakan Dewan Pustaka Fajar)

Sabtu, 05 Maret 2011

sebentuk pelangi,
meleleh dijemari...
menitik lirih, temani langkah yang lengang...
bersama alunan kenangan
yang kurindui dengan cemas,
...................
waktu yang hilang..
.................
.................
relakan.